BAB
I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bayam
merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus spp. Kata
"amaranth" dalam bahasa Yunani berarti "everlasting"
(abadi). Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman bayam semula
dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya. Tanaman bayam
dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk negara-negara
berkembang. Diduga tanaman bayam masuk ke Indonesia pada abad XIX ketika lalu
lintas perdagangan orang luar negeri masuk ke wilayah Indonesia.
Bayam
(Amaranthus sp) adalah salah satu jenis sayuran daun dari famili Amaranthaceae
yang digemari oleh seluruh lapisan masyarakat, karena rasanya enak,lunak, dapat
memberikan rasa dingin dalam perut dan dapat memperlancar pencernaan. Cara
memasak bayam sangat mudah, cukup memasukkan daun-daun bayam ke dalam air yang
sedang mendidih selama kira-kira 3-5 menit.
Kalau
diamati, stok bayam cabut untuk pasar-pasar tradisional maupun pasar modern
(super market) masih kurang. Hal ini terlihat dari harga bayam cabut yang
relatif mahal per ikatnya. Apalagi bayam cabut sangat mungkin dan mudah untuk
dibudidayakan secara organik, karena tanaman ini belum mengalami serangan hama
maupun penyakit yang berat yang dapat mengakibatkan gagal panen. Selain itu
kebutuhan pupuk untuk bayam cabut juga sangat minim (cukup pupuk organik saja).
Karena dua alasan di atas sangat memungkinkan untuk kita produksi bayam cabut organic.
Bayam
dapat direbus sebagai bahan pecal, gado-gado,bahkan dibuat keripik bayam, yaitu
bayam dicelupkan kedalam adonan tepung encer kemudian digoreng kering. Bayam
banyak mengandung Vitamin dan garam-garam mineral penting yang diperlukan tubuh
seperti ; kalori 36 kal, Protein 3,5 gr, Lemak 0,5 gr, Karbohidrat 6,5 gr,
Kalsium 267 mg. Fosfor 67 mg, Besi 3,9 mg, Vitamin A 6.090 SI, Vitamin B1 0,08
mg, Vitamin C 80 mg, Air 86,9 gr dan bagian yang dapat dimakan 71 %.
B. Tujan
Tujuan
dari penulisan budidaya bayam cabut secara organik yaitu :
1. Bagaimana
system pertanian organik ?
2. Bagaimana
tehnik budidaya bayam cabut secara organik ?
3. Apa
manfaat budidaya secara organik ?
C. Manfaat
1. Agar
dapat mengidentifikasi sistem pertanian organik !
2. Agar
dapat mengidentifikasi tehnik budidaya bayam cabut secara organik !
3. Agar
dapat mengidentifikasi manfaat budidaya secara organik !
BAB
II
SISTEM
PERTANIAN ORGANIK
A. Pengertian Sistem Pertanian Organik
Sistem
Pertanian Organik adalah sistem produksi holistic dan terpadu, mengoptimalkan
kesehatan dan produktivitas agro ekosistem secara alami serta mampu
menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan (Deptan
2002). Sejak tahun 1990, isu pertanian organik mulai berhembus keras di dunia.
Sejak saat itu mulai bermunculan berbagai organisasi dan perusahaan yang
memproduksi produk organik. Di Indonesia dideklarasikan Masyarakat Pertanian
Organik Indonesia (MAPORINA) pada tgl 1 Februari 2000 di Malang. Di Indonesia
telah beredar produk pertanian organik dari produksi lokal seperti beras
organik, kopi organik, teh organik dan beberapa produk lainnya. Demikian juga
ada produk sayuran bebas pestisida seperti yang diproduksi oleh Kebun Percobaan
Cangar FP Unibraw Malang. Walaupun demikian, produk organik yang beredar di
pasar Indonesia sangat terbatas baik jumlah maupun ragamnya.
Sistem
pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama diterap kan di beberapa negara
seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan dan Amerika Serikat (Koshino, 1993).
Pengembangan pertanian organik di beberapa negara tersebut mengalami kemajuan
yang pesat disebabkan oleh kenyataan bahwa hasil pertanian terutama sayur dan
buah segar yang ditanam dengan pertanian sistem organik (organic farming
system) mempunyai rasa, warna, aroma dan tekstur yang lebih baik daripada yang
menggunakan pertanian anorganik (Park 1993 dalam Prihandarini, 1997).
Selama
ini limbah organik yang berupa sisa tanaman (jerami, tebon, dan sisa hasil
panen lainnya) tidak dikembalikan lagi ke lahan tetapi dianjurkan untuk dibakar
(agar praktis) sehingga terjadi pemangkasan siklus hara dalam ekosistem
pertanian. Bahan sisa hasil panen ataupun limbah organik lainnya harus
dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke lahan pertanian agar lahan pertanian
kita dapat lestari berproduksi sehingga sistem pertanian berkelanjutan dapat
terwujud.
B. Definisi
Pertanian
organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang
menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk
pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Dilarangnya penggunaan bahan kimia
sintetik dalam pertanian organik merupakan salah satu kendala yang cukup berat
bagi petani, selain mengubah budaya yang sudah berkembang 35 tahun terakhir ini
pertanian organik membuat produksi menurun jika perlakuannya kurang tepat.
Di
sisi lain, petani telah terbiasa mengandalkan pupuk anorganik (Urea, TSP, KCl
dll) dan pestisida sintetik sebagai budaya bertani sejak 35 tahun terakhir ini.
Apalagi penggunaan pestisida, fungisida pada petani sudah merupakan hal yang
sangat akrab dengan petani kita. Itulah yang digunakan untuk mengendalikan
serangan sekitar 10.000 spesies serangga yang berpotensi sebagai hama tanaman
dan sekitar 14.000 spesies jamur yang berpotensi sebagai penyebab penyakit dari
berbagai tanaman budidaya.
Alasan
petani memilih pestisida sintetik untuk mengendaliakan OPT di lahannya a.l.
karena aplikasinya mudah, efektif dalam mengendalikan OPT, dan banyak tersedia
di pasar. Bahkan selama enam dekade ini, pestisida telah dianggap sebagai
penyelamat produksi tanaman selain kemajuan dalam bidang pemuliaan tanaman.
Pestisida yang beredar di pasaran Indonesia umumnya adalah pestisida sintetik.
Sebenarnya,
petani kita di masa lampau sudah menerapkan sistem pertanian organik dengan
cara melakukan daur ulang limbah organik sisa hasil panen sebagai pupuk. Namun
dengan diterapkannya kebijakan sistem pertanian kimiawi yang berkembang pesat
sejak dicanangkannya kebijakan sistem pertanian kimiawi yang berkembang yang
berkembang pesat sejak dicanangkannya Gerakan Revolusi Hijau pada tahu 1970-an,
yang lebih mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kimiawi, walaupun untuk
sementara waktu dapat meningkatkan produksi pertanian, pada kenyataannya dalam
jangka panjang menyebabkan kerusakan pada sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah, yang akhirnya bermuara kepada semakin luasnya lahan kritis dan marginal
di Indonesia.
BAB
II
TEKNIK
BUDIDAYA ORGANIK
A. Sentra Penanaman
Pusat
penanaman bayam di Indonesia adalah Jawa Barat (4.273 hektar), Jawa Tengah
(3.479 hektar), dan Jawa Timur (3.022 hektar). Propinsi lainnya berada pada
kisaran luas panen antara 13.0 - 2.376 hektar. Di Indonesia total luas panen
bayam mencapai 31.981 hektar atau menempati urutan ke-11 dari 18 jenis sayuran
komersial yang dibudidayakan dan dihasilkan oleh Indonesia. Produk bayam
nasional sebesar 72.369 ton atau rata-rata 22,63 kuintal per hektar.
B. Jenis Tanaman
Keluarga
Amaranthaceae memiliki sekitar 60 genera, terbagi dalam sekitar 800 spesies
bayam (Grubben, 1976). Dalam kenyataan di lapangan, penggolongan jenis bayam
dibedakan atas 2 macam, yaitu bayam liar dan bayam budidaya. Bayam liar dikenal
2 jenis, yaitu bayam tanah (A. blitum L.) dan bayam berduri (A. spinosus L.).
Ciri utama bayam liar adalah batangnya berwarna merah dan daunnya kaku (kasap).
Jenis
bayam budidaya dibedakan 2 macam, yaitu:
1. Bayam
cabut atau bayam sekul alias bayam putih (A. tricolor L.). Ciri - ciri bayam
cabut adalah memiliki batang berwarna kemerah-merahan atau hijau keputih -
putihan, dan memilki bunga yang keluar dari ketiak cabang. Bayam cabut yang
batangnya merah disebut bayam merah, sedangkan yang batangnya putih disebut
bayam putih.
2. Bayam
tahun, bayam skop atau bayam kakap (A. hybridus L.). Ciri - ciri bayam ini
adalah memiliki daun lebar - lebar, yang dibedakan atas 2 spesies yaitu:
a. Hybridus
caudatus L., memiliki daun agak panjang dengan ujung runcing, berwarna hijau
kemerah - merahan atau merah tua, dan bunganya tersusun dalam rangkaian panjang
terkumpul pada ujung batang.
b. Hibridus
paniculatus L., mempunyai dasar daun yang lebar sekali, berwarna hijau,
rangkaian bunga panjang tersusun secara teratur dan besar - besar pada ketiak
daun.
Varietas
bayam unggul ada 7 macam yaitu; varietas Giri Hijau, Giti Merah, Maksi, Raja,
Betawi, Skop, dan Hijau. Sedangkan beberapa varietas bayam cabut unggul adalah
Cempaka 10 dan Cempaka 20.
C. Manfaat Tanaman
Bayam
merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua
lapisan masyarakat. Daun bayam dapat dibuat berbagai sayur mayur, bahkan
disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Di beberapa negara berkembang bayam
dipromosikan sebagai sumber protein nabati, karena berfungsi ganda bagi
pemenuhan kebutuhan gizi maupun pelayanan kesehatan masyarakat.
Manfaat
lainnya adalah sebagai bahan obat tradisional, dan juga untuk kecantikan. Akar
bayam merah dapat digunakan sebagai obat penyembuh sakit disentr. Daun dan
bunga bayam duri berkhasiat untuk mengobati penyakit asma dan eksim. Bahkan
sampai batas tertentu, bayam dapat mengatasi berbagai jenis penyakit dalam.
Untuk tujuan pengobatan luar, bayam dapat dijadikan bahan kosmetik
(kecantikan). Biji bayam digunakan untuk bahan makanan dan obat - obatan. Biji
bayam dapat dimanfaatkan sebagai pencampur penyeling terigu dalam pembuatan
roti atau dibuat bubur biji bayam. Ekstrak biji bayam berkhasiat sebagai obat
keputihan dan pendarahan yang berlebihan pada wanita yang sedang haid.
D. Teknik Budidaya
Teknik
Budidaya merupakan bagian dari kegiatan agribisnis harus berorientasi pada
permintaan pasar. Paradigma agribisnis : bukan Bagaimana memasarkan produk yang
dihasilkan, tapi Bagaimana menghasilkan produk yang dapat dipasarkan. Terkait
dengan itu, teknik budidaya harus mempunyai daya saing dan teknologi yang
unggul. Usaha budidaya organik tidak bisa dikelola asal - asalan, tetapi harus
secara profesional. Ini berarti pengelola usaha ini harus mengenal betul apa
yang dikerjakannya, mampu membaca situasi dan kondisi serta inovatif dan
kreatif. Berkaitan dengan pasar (market), tentunya usaha agribisnis harus
dilakukan dengan perencanaan yang baik dan berlanjut, agar produk yang telah
dikenal pasar dapat menguasai dan mengatur pedagang perantara bahkan konsumen
dan bukan sebaliknya.
Teknik
budidaya organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan
mensejahterakan petani dan konsumen. Berbagai sayuran khususnya untuk dataran
tinggi, yang sudah biasa dibudidayakan dengan sistem pertanian organik,
diantaranya : Kubis (Brassica oleraceae var. capitata L.), Brokoli (Brassica
oleraceae var. italica Plenk.), Bunga kol (Brassica oleraceae var. brotritys.),
Andewi (Chicorium endive), Lettuce (Lactuca sativa), Kentang (Solanum tuberosum
L.), Wortel. (Daucus carota).
Sayuran ini,
mengandung vitamin dan serat yang cukup tinggi disamping juga mengandung
antioksidan yang dipercaya dapat menghambat sel kanker. Semua jenis tanaman ini
ditanam secara terus menerus setiap minggu, namun ada juga beberapa jenis
tanaman seperti kacang merah (Vigna sp.), kacang babi (Ficia faba), Sawi
(Brassica sp) yang ditanam pada saat tertentu saja sekaligus dimanfaatkan
sebagai pupuk hijau dan pengalih hama. Ada juga tanaman lain yang ditanam untuk
tanaman reppelent (penolak) karena aromanya misalnya Adas.
1. Syarat
Pertumbuhan
a. Iklim
1) Keadaan
angin yang terlalu kencang dapat merusak tanaman bayam khususnya untuk bayam
yang sudah tinggi. Kencangnya angin dapat merobohkan tanaman.
2) Karena
tanaman bayam cocok ditanam di dataran tinggi maka curah hujannya juga termasuk
tinggi sebagai syarat pertumbuhannya. Curah hujannya bisa mencapai lebih dari
1.500 mm / tahun.
3) Tanaman
bayam memerlukan cahaya matahari penuh. Kebutuhan akan sinar matahari untuk
tanaman bayam cukup besar. Pada tempat yang terlindungi (ternaungi), pertumbuhan
bayam.
4) Suhu
udara yang sesuai untuk tanaman bayam berkisar antara 16 - 20 derajat Celcius.
5) Kelembaban
udara yang cocok untuk tanaman bayam antara 40 - 60%.
b. Media
Tanam
1) Tanaman
bayam menghendaki tanah yang gembur dan subur. Jenis tanah yang sesuai untuk
tanaman bayam adalah yang penting kandungan haranya terpenuhi.
2) Tanaman
bayam termasuk peka terhadap pH tanah. Bila pH tanah di atas 7 (alkalis),
pertumbuhan daun-daun muda (pucuk) akan memucat putih kekuning - kuningan
(klorosis). Sebaliknya pada pH di bawah 6 (asam), pertumbuhan bayam akan merana
akibat kekurangan beberapa unsur. Sehingga pH tanah yang cocok adalah antara 6
- 7.
3) Tanaman
bayam sangat reaktif dengan ketersediaan air di dalam tanah. Bayam termasuk
tanaman yang membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhannnya. Bayam yang
kekurangan air akan terlihat layu dan terganggu pertumbuhannya. Penanaman bayam
dianjurkan pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau.
4) Kelerengan
lahan untuk budidaya tanaman bayam adalah sekitar 15 - 45 derajat.
c. Ketinggian
Tempat
Dataran tinggi
merupakan tempat yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bayam. Ketinggian tempat
yang baik yaitu ±2000 m dpl.
2. Pembibitan
a. Persyaratan
Benih
1) berasal
dari induk yang sehat,
2) bebas
dari hama / penyakit,
3) daya
kecambah 80 prosen, dan
4) memiliki
kemurnian benih yang tinggi.
Disamping
persyaratan seperti yang disebutkan diatas, benih / bibit yang digunakan kalau
bisa merupakan benih unggul agar nantinya tahan terhadap hama dan penyakit.
b. Penyiapan
Benih
Benih Bayam
sayur yang ditanam petani kebanyakan swadaya dari tanaman terdahulu yang
sengaja dibiarkan tumbuh terus untuk produksi biji. Keperluan benih untuk lahan
1 hektar berkisar antara 5 - 10 kg, atau 0,5 - 1,0 gram per m2 luas lahan. Biji
dipanen pada waktu musim kemarau dan hanya dipilih tandan yang sudah tua
(masak). Tandan harus dijemur beberapa hari, kemudian biji dirontokkan dari
tandan dan dipisahkan dari sisa - sisa tanaman. Untuk memproduksi bibit bagi
satu hektar kebun yang berisi 25000 - 40000 tanaman, kemungkinan dibutuhkan sekitar
1 - 2 kg benih.
c. Teknik
Penyemaian Benih
Lahan untuk
pembibitan dipilih yang lebih tinggi dari sekitarnya dan bebas dari hama dan
penyakit tanaman maupun gulma. Pembibitan diberi atap plastik atau atap jerami
padi. Benih bayam disebar merata atau berbaris - baris pada tanah persemaian
dan ditutup dengan selapis tanah tipis.
d. Pemeliharaan
Pembibitan / Penyemaian
Dalam
pemeliharaan benih / bibit perlu dilakukan penyiraman dengan teratur dan
hati-hati. Tanah yang digunakan juga perlu dipupuk agar kesuburannya tetap
terjaga. Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk kandang. Setelah bibit tumbuh dan
ada benih yang terserang hama / penyakit maka perlu disemprot dengan pestisida
dengan dosis rendah.
e. Pemindahan
Bibit
Setelah bibit
tumbuh berumur sekitar 7 - 14 hari, bibit dipindah-tanam ke dalam pot-pot yang
terbuat daun pisang atau kantong plastik es mambo yang sebelumnya telah diisi
dengan medium tumbuh campuran tanah dan pupuk organik yang halus (1:1). Bibit
dalam pot disiram teratur dan setelah berumur sekitar 7 - 14 hari setelah
dipotkan, bibit tersebut telah siap untuk dipindah-tanam ke lapangan.
3. Pengolahan
Media Tanam
a. Persiapan
Sebelum
pengolahan lahan dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu pH tanah yang sesuai
yaitu antara 6 - 7 sehingga perlu dilakukan pengukuran dengan menggunakan
pH-meter. Selanjutnya menganalisis tanah yang cocok untuk tanaman bayam, apakah
perlu dilakukan pemupukan atau tidak. Kapan tanaman akan ditanam dan sebaiknya
pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau. Berapa luas lahan yang akan
ditanami dan akan melakukan sistem polikultur atau monokultur. Dan berapa
banyak kebutuhan benih untuk dapat memenuhi produk bayam yang diinginkan.
b. Pembukaan
Lahan
Lahan yang akan
ditanami dicangkul / dibajak sedalam 30 - 40 cm, bongkah tanah dipecah gulma
dan seluruh sisa tanaman diangkat dan disingkirkan lalu diratakan. Lahan
kemudian dibiarkan selama beberapa waktu agar tanah matang benar.
c. Pembentukan
Bedengan
Setelah tahap
pencangkulan kemudian dibuat bedengan dengan lebar sekitar 120 cm atau 160 cm,
tergantung jumlah populasi tanaman yang akan ditanam nanti. Dibuat parit antar
bedengan selebar 20 - 30 cm, kedalaman 30 cm untuk drainase. Pada bedengan
dibuat lubang - lubang tanam, jarak antar barisan 60-80 cm, jarak antar lubang
(dalam barisan) 40-50 cm.
d. Pengapuran
Apabila pH tanah
terlalu rendah maka diperlukan pengapuran untuk menaikkannya. Pengapuran dapat
menggunakan kapur pertanian atau Calcit maupun Dolomit. Pada tipe tanah pasir
sampai pasir berlempung yang pH-nya 5,5 diperlukan ± 988 kg kapur pertanian /
ha untuk menaikkan pH menjadi 6,5. Kisaran kebutuhan kapur pertanian pada tanah
lempung berpasir hingga liat berlempung ialah antara 1.730 - 4.493 kg / hektar.
Sebaliknya, untuk menurunkan pH tanah, dapat digunakan tepung Belerang (S) atau
Gipsum, biasa sekitar 6 ton / hektar. Cara pemberiannya, bahan - bahan tersebut
disebar merata dan dicampur dengan tanah minimal sebulan sebelum tanam.
e. Pemupukan
Pemupukan awal
menggunakan pupuk kandang yang telah masak. Waktu pemupukan dilakukan satu
minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara pemupukan adalah dengan disebarkan
merata diatas bedengan kemudian diaduk dengan tanah lapisan atas. Untuk
pemupukan yang diberikan per lubanng tanam, cara pemberiannya dilakukan dengan
memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam. Dosis pemberian pupuk dasar disesuaikan
dengan jenis tanaman dan keadaan lahan. Akan tetapi dosis untuk pupuk kandang
sekitar 10 ton per hektar. Pemupukan per lubang tanam biasanya diperlukan
sekitar 1 - 2 kg per lubang tanam.
f. Pemberian
Mulsa
Untuk memperoleh
hasil produksi yang berkualitas baik maka di dalam penanaman perlu dipasang
palstik perak-hitam sebagai mulsa. Dengan penggunaan plastik ini dapat mengurangi
serangan hama dan penyakit termasuk gangguan gulma dan lainnya.
4. Teknik
Penanaman
a. Penentuan
Pola Tanam
Jarak tanam
untuk tanaman bayam adalah antara 60 cm x 50 cm atau 80 cm x 40 cm. Jarak tanam
tersebut dapat divariasikan sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan jenis
bayam sehingga populasi tanaman per hektar berkisar antara 30.000 - 60.000
tanaman. Pola tanam untuk bayam cabut adalah monokultur. Dalam satu hamparan
lahan biasanya ditanam berbagai jenis tanaman dengan pola mosaik (perca), yaitu
berbagai tanaman ditanam monokultur pada petak - petak tersendiri. Tanaman
lainnya tadi antara lain seperti kakngkung (darat), selada, lobak, paria,
kemangi dan sayuran lalapan lainnya.
b. Pembuatan
Lubang Tanam
Lubang tanam
dapat dibuat dengan menggunakan alat kayu dengan cara di pukul-pukul sehingga
membentuk lubang. Jarak antara barisan adalah 60 - 80 cm dan jarak antar lubang
(antar barisan) 40 - 50 cm.
c. Cara
Penanaman
Penanaman dapat
langsung di lapangan tanpa penyemaian atau dengan penyemaian terlebih dahulu.
Apabila tanpa penyemaian maka biji bayam dicampur abu disebarkan langsung di
atas bedengan menurut barisan pada jarak antar barisan 20 cm dan arahnya
membujur dari Barat ke Timur. Setelah disebarkan benih segera ditutup dengan
tanah halus dan disiram hingga cukup basah. Waktu penanaman paling baik adalah
pada awal musim hujan. Dengan penyemaian maka tanaman dapat tumbuh dengan lebih
baik karena benih diperoleh dengan cara seleksi untuk ditanam.
5. Pemeliharaan
Tanaman
a. Penjarangan
dan Penyulaman
Apabila sewaktu
menyebar benih secara langsung di lapangan tidak merata maka akan terjadi
pertumbuhan yang mengelompok (rapat) sehingga pertumbuhannya terhambat karena
saling bersaing satu sama lain. Oleh karena itu perlu dilakukan penjarangan
sekaligus sebagai panen pertama. Apabila tanaman bayam dihasilkan dari benih
yang disemai maka setelah penanaman di lapangan ada yang mati / terserang
penyakit, maka perlu dilakukan penyulaman dengan mengganti tanaman dengan yang
baru. Caranya dengan mencabut dan apabila terserang penyakit segera dimusnahkan
agar tidak menular ke tanaman lainnya. Penyulaman dapat dilakukan seminggu
setelah tanam.
b. Penyiangan
Penyiangan
dilakukan apabila muncul gulma tanaman Gelang (Portulaca oleracea) dan rumput
liar lainnya. Kehadiran gulma gelang dapat menurunkan produksi bayam antara 30
- 65%. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah. Alat yang
digunakan dalam penyiangan dapat berupa cangkul kecil atau sabit. Caranya
dengan dicangkul untuk mencabut gulma atau langsung dicabut dengan tangan.
Disamping itu pencangkulan dilakukan untuk menggemburkan tanah.
c. Pembubunan
Proses pembubunan dilakukan
bersamaan dengan penyiangan.
d. Perempalan
Apabila
perawakan tanaman terlalu subur, mungkin perlu dilakukan perempalan tunas -
tunas liar dan pemasangan ajir / turus untuk memperkuat tegaknya tanaman agar
tidak rebah.
e. Pemupukan
Pemupukan
dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, untuk tiap lubang calon tanaman
sekitar 0,4 - 0,8 kg. Dengan demikian kuantum pupuk organik akan berkisar 15 -
30 ton.
Karena bercocok
tanam secara organik tidak menggunakan pupuk sintetis, sebagai gantinya mereka
mengandalkan metode alami, seperti kompos dan mengganti tanaman jenis panen,
seperti tanaman polong. Sayangnya, kompos tidak dapat mencukupi pengembalian
nitrogen ke dalam tanah guna menumbuhkan sejumlah besar tanaman yang diperlukan
untuk memberi makan pada ternak dunia.
Mengganti
tanaman dengan jenis panen sebetulnya adalah sangat menjanjikan, namun banyak
petani tidak mampu menanam tanaman yang mereka sendiri tidak mampu menjualnya.
Meskipun beberapa jenis tanaman polong dapat dikonsumsi, namun jenis paling
baik dalam memproduksi nitrogen justru dari jenis yang tidak bisa dimakan
(http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/1913-beralih-ke-organik-sebanding-harganya)
f. Pengairan
dan Penyiraman
Pada fase awal
pertumbuhan, sebaiknya penyiraman dilakukan rutin dan intensif 1 - 2 kali
sehari, terutama di musim kemarau. Waktu yang paling baik untuk menyiram
tanaman bayam adalah pagi atau sore hari, dengan menggunakan alat bantu gembor
(emrat) agar air siramannya merata
(http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-bayam.html).
g. Waktu
Penyemprotan Pestisida
Jenis pestisida
yang digunakan pada budidaya tanaman bayam secara organik adalah daun Mindi yang
mengandung margosin, glikosdida flafonoid untuk mengendalikan ulat grayak dan
kutu daun, Surian yang daun dan kulit batangnya berfungsi untuk mengendalikan
hama ulat, tungau dan lain-lain. Sedangkan untuk mengendalikan penyakit bisa
digunkan bunga Camomil (Chamaemelum spp). Pengaplikasian dengan menggunakan 60
cc untuk 1 lt air, disemprotkan ke tanaman yang terkena hama pada daun dan
batangnya 1 minggu 1 kali (google search: pembuatan pestisida alami, Blog
Lesman).
Penyemprotan
dilakukan dengan menggunakan alat penyemprot berupa tangki sprayer. Cara
penyemprotan yaitu jangan dilakukan ketika angin bertiup kencang dan jangan
menentang arah datangnya angin. Jangan melakukan penyemprotan pada saat akan
hujan dan sebaiknya dicampurkan bahan perekat. Waktu penyemprotan dilakukan
pada pagi hari benar atau sore hari ketika udara masih tenang. Hal tersebut
untuk menghindari matinya lebah atau serangga lainnya yang menguntungkan.
6. Hama
dan Penyakit
a. Hama
1) Serangga
ulat daun (Spodoptera Plusia Hymenia)
Gejala: daun berlubang - lubang.
Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
2) Serangga
kutu daun (Myzus persicae Thrips sp.)
Gejala: daun rusak, berlubang dan
layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
3) Serangga
tungau (Polyphagotarsonemus latus)
Gejala: daun rusak, berlubang dan
layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
4) Serangga
lalat (Liriomyza sp.)
Gejala: daun rusak, berlubang dan
layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
b. Penyakit
1) Rebah
kecambah
Penyebab: cendawan Phytium sp.
Gejala: menginfeksi batang daun maupun batang daun. Pengendalian: Fungisida
2) Busuk
basah
Penyebab: cendawan Rhizoctonia sp.
Gejala: adanya bercak - bercak putih. Pengendalian: sama dengan pengendalian
penyakit rebah kecambah.
3) Karat
putih
Penyebab: cendawan Choanephora sp.
Gejala: menginfeksi batang daun dan daunnya. Pengendalian: sama dengan
pengendalian penyakit rebah kecambah.
c. Gulma
Jenis gulma:
rumput - rumputan, alang-alang. Ciri - ciri: tumbuh mengganggu tanaman
budidaya. Gejala: lahan banyak ditumbuhi pemila liar. Pencegahan: herbisida.
7. Panen
a. Ciri
dan Umur Panen
Ciri-ciri bayam
cabut siap panen adalah umur tanaman antara 25 - 35 hari setelah tanam. Tinggi tanaman
antara 15 - 20 cm dan belum berbunga. Waktu panen yang paling baik adalah pagi
atau sore hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi.
b. Cara
Panen
Cara panennya
adalah dengan mencabut seluruh bagian tanaman dengan memilih tanaman yang sudah
optimal. Tanaman yang masih kecil diberi kesempatan untuk tumbuh membesar,
sehingga panen bayam identik dengan penjarangan.
c. Periode
Panen
Panen pertama
dilakukan mulai umur 25 - 30 hari setelah tanam, kemudian panen berikutnya
adalah 3-5 hari sekali. Tanaman yang sudah berumur 35 hari harus dipanen
seluruhnya, karena bila melampaui umur tersebut kualitasnya menurun atau
rendah; daun - daunnya menjadi kasar dan tanaman telah berbunga.
d. Prakiraan
Produksi
Produksi bayam per hektar dapat
mencapai sekitar 22.630 kg.
e. Pascapanen
1) Pengumpulan
Pengumpulan dilakukan setelah panen
dengan cara meletakkan di suatu tempat yang teduh agar tidak terkena sinar
matahari langsung, karena dapat membuat daun layu.
2) Penyortiran
dan Penggolongan
Penyortiran dilakukan dengan
memisahkan bayam yang busuk dan rusak dengan bayam yang baik dan segar.
Disamping itu juga penggolongan terhadap bayam yang daunnya besar dan yang
daunnya kecil. Setelah itu diikat besar - besar maupun langsung degan ukuran
ibu jari.
3) Penyimpanan
Penyimpanan untuk menjaga kesegaran
bayam dapat diperpanjang dari 12 jam tempat terbuka (suhu kamar) menjadi 12 -
14 hari dengan perlakuan suhu dingin mendekati 0 derajat C, misalnya dengan
remukan es.
4) Pengemasan
dan Pengangkutan
Pengemasan (pewadahan) dalam
telombong atau dedaunan yang digulungkan menyelimuti seluruh bagian bayam,
sehingga terhindar dari pengaruh langsung sinar matahari. Pengangkutan ke pasar
dengan cara dipikul maupun angkutan lainnya, seperti mobil atau gerobak.
5) Pencucian
Pencucian hasil panen pada air yang
mengalir dan bersih, atau air yang disemprotkan melalui selang maupun pancuran.
6) Penanganan
Lain
Bayam dapat diolah menjadi berbagai
jenis masakan. Sewaktu memasak bayam ialah tidak boleh terlalu lama. Bayam
cukup hanya direbus selama ± 5 menit. Memasak bayam terlalu lama akan
menyebabkan daun-daunnya menjadi hancur (lonyoh), rasanya tidak enak, dan
kandungan vitamin C nya menghilang (menguap) (http:// cerianet- agricultur. blogspot.com/
2008/12/ budidaya-bayam.html)
BAB
III
PERMASALAHAN
SEPUTAR PERTANIAN ORGANIK
A. Penyediaan Pupuk Organik
Permasalahan
pertanian organik di Indonesia sejalan dengan perkembangan pertanian organik
itu sendiri. Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk organik sebagai sumber
hara utama. Dalam sistem pertanian organik, ketersediaan hara bagi tanaman
harus berasal dari pupuk organik. Padahal dalam pupuk organik tersebut
kandungan hara per satuan berat kering bahan jauh dibawah realis hara yang
dihasilkan oleh pupuk anorganik, seperti Urea, TSP dan KCl.
B. Teknologi pendukung
Setelah
masalah penyediaan pupuk organik, masalah utama yang lain adalah teknologi
budidaya pertanian organik itu sendiri. Teknik bercocok tanam yang benar
seperti pemilihan rotasi tanaman dengan mempertimbangkan efek allelopati dan
pemutusan siklus hidup hama perlu diketahui. Pengetahuan akan tanaman yang
dapat menyumbangkan hara tanaman seperti legum sebagai tanaman penyumbang
Nitrogen dan unsur hara lainnya sangatlah membantu untuk kelestarian lahan
pertanian organik. Selain itu teknologi pencegahan hama dan penyakit juga
sangat diperlukan, terutama pada pembudidayaan pertanian organik di musim
hujan.
C. Pemasaran
Pemasaran
produk organik didalam negeri sampai saat ini hanyalah berdasarkan kepercayaan
kedua belah pihak, konsumen dan produsen. Sedangkan untuk pemasaran keluar
negeri, produk organik Indonesia masih sulit menembus pasar internasional
meskipun sudah ada beberapa pengusaha yang pernah menembus pasar international
tersebut. Kendala utama adalah sertifikasi produk oleh suatu badan sertifikasi
yang sesuai standar suatu negara yang akan di tuju. Akibat keterbatasan sarana
dan prasarana terutama terkait dengan standar mutu produk, sebagian besar
produk pertanian organik tersebut berbalik memenuhi pasar dalam negeri yang
masih memiliki pangsa pasar cukup luas. Yang banyak terjadi adalah
masing-masing melabel produknya sebagai produk organik, namun kenyataannya
banyak yang masih mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia serta menggunakan
sedikit pestisida. Petani yang benar-benar melaksanakan pertanian organik tentu
saja akan merugi dalam hal ini.
Selama
beberapa dasawarsa ini telah terjadi pergeseran pola dan system tanam pada
masyarakat petani kita, sehingga terjadi perubahan dan kerusakan lingkungan
yang bersifat global, tidak hanya pada tanah tetapi juga pada air dan udara.
Dibawah ini merupakan beberapa pengaruh dari kerusakan lingkungan terhadap
berbagai bidang, diantaranya:
1. Kesehatan
Akibat perubahan
lingkungan , berdampak pula pada kesehatan manusia dimana daya tahan manusia
terhadap penyakit semakin menurun, dan timbul jenis – jenis bakteri dan virus
yang baru dan daya tahan bakteri dan virus baru tersebut relative meningkat
terhadap obat.
2. Keadilan
dan Perlindungan
Kalau
dibandingkan dengan zaman dahulu , zaman sekarang terjadi penurunan terhadap
kwalitas maupun kwantitas terhadap hasil dari tanaman, sehingga menimbulkan
dampak terhadap pendapatan dari para petani, dimana terjadi peningkatan modal
tapi tidak disertai dengan hasil yang memadai. Munculnya strain baru hama dan
penyakit dari tanaman.
3. Finansial
Selama ini kita
melihat keuntungan dari hasil panen petani tidak seluruhnya diterima oleh
petani, hanya sekitar 20% - 30% hasil dari panen, yang lain menghilang begitu
saja, hal ini diakibatkan oleh kurangnya modal para petani . Kurangnya bantuan
berupa modal dan tehnologi dari pemerintah maupun kredit Bank.
Dari
hasil pengamatan terhadap keempat hal diatas, kita dapat menyimpulkan apa
penyebab perubahan semua itu, yaitu pengolahan lahan yang tidak sesuai dengan
ketentuan, pemakaian pupuk dan penggunaan pestisida kimia yang tidak sesuai
prosedur, kurang pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (google search :
Lembaga Mitra Tani organik).
DAFTAR
PUSTAKA
bayam+cabut
http://potretpertanian.blogspot.com/2013/06/cara-budidaya-bayam-cabut.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar